SNIPERS.NEWS | Ambon - Perkembangan digitalisasi saat ini tengah diterapkan diberbagai Instansi Pemerintah maupun swasta, termasuk perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang transportasi laut.
tak terkecuali PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) diseluruh cabang di Indonesia, yang telah diintruksikan untuk melaksanakan dan menerapkan serta mengimplementasikan hal itu dilapangan.
Pelni yang merupakan salah satu penyedia Jasa Angkutan Penumpang dan Barang, dan selalu melayani rute perjalanan antar pelabuhan satu dengan pelabuhan yang lain di Indonesia juga sudah selayaknya mengembangkan metode digital.
Seperti PT. Pelni Cabang Ambon, saat ini sedang giat-giatnya mengembangkan digitalisasi. Sebagai perusahaan, tentu ini memiliki aturan-aturan yang dapat memberikan kenyamanan bagi penumpang, dalam hal ini pengguna jasa angkutan kapal Pelni.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Bagian Operasi dan Pelayaran PT. Pelni Cabang Ambon Alhabib Sayyid S. Mohamad Assagaff kepada media ini, saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (20/09/2023).
Menurut Assagaff, PT. Pelni Cabang Ambon saat ini terus mengoptimalkan pemanfaatan Teknologi Informasi dalam menjalankan bisnis perusahaan, dan sebagai penyedia jasa transportasi laut di daerah ini.
Sambung Assagaff, pengembangan Informasi dan Teknologi di era digital, Pelni Cabang Ambon sudah berjalan. Selanjutnya, menurut Assagaff, bahkan implementasi di lapangan sudah dilakukan.
"Namun kendala saat ini adalah, Pelni Cabang Ambon belum memiliki alat untuk mendeteksi para penumpang yang memiliki barang bawaan yang tidak boleh dibawa atau barang larangan. Contoh Sajam dan obat obatan yang dilarang, kira-kira seperti itu," jelas Kepala Bagian Operasi dan Pelayaran.
Tentunya hal seperti itu membuat pihak Pelni maupun para pengguna jasa transportasi laut merasa penting terhadap kondisi keamanan dan kenyamanan.
Assagaff juga menjelaskan tentang kerjasama antara pihak Pelni dan TNI AL. Kerjasama itu dilakukan bukan saja di Pelabuhan Yos Soedarso Ambon, melainkan di seluruh pelabuhan di Indonesia, demi membantu semua pihak. "Baik PT Pelni itu sendiri maupun pihak keamanan di pelabuhan, seperti kepolisian yang menjaga keamanan selama ini," ungkapnya.
Adanya aturan terkait bagasi juga dibenarkan oleh Assagaff, bahwa sebenarnya hal itu sudah berlak sejak awal tahun 2021 lalu namun belum maksimal. "Kenapa demikian, karena kami belum memiliki timbangan, sebab timbangan yang ada saat ini masih timbangan biasa, sehingga belum optimal," papar Assagaff.
"Akan tetapi upaya yang kami lakukan, Alhamdulillah saat ini timbangan yang kami miliki sudah model Digital, seperti yang dimiliki diberbagai Airport (Bandara)," paparnya kembali.
Sehingga, dengan adanya timbangan digital, jelas Alhabib Sayyid S. Mohammad Assagaff, maka saat ini PT. Pelni khususnya Cabang Ambon sudah optimal terkait bagasi. Barang bawaan para penumpang, maksimal 1 penumpang hanya bisa membawa 40 Kg/1 Tiket.
"Dan apabila barang bawaan tersebut melebihi itu, maka dengan sendirinya terjadi Over Bagasi, dengan membayar perkilogram senilai Rp. 2000.-, murah dan jauh lebih besar ketimbang di Airport (Bandara) yang perkilogram kira-kira berkisar Rp. 30.000 atau Rp. 40.000 katanya, dengan nilai bervariasi tergantung penerbangan dalam negeri atau luar negeri atau kata lain penerbangan domestik atau internasional," terangnya.
Assagaff juga mengajak semua pihak untuk bersama sama menciptakan rasa aman dan nyaman, dengan tetap mengedepankan koordinasi dan konsultasi, apabila ada hal hal yang belum diselesaikan.
"Jika ada kekeliruan dan kekhilafan, baik antara pihak Pelni dan pihak penumpang maupun pihak keamanan dengan penumpang yang bepergian maupun kedatangan dengan kapal milik Pelni, koordinasi dan komunikasi serta konsultasi sangatlah penting untuk kebaikan kita semua," pungkasnya.
Terakhir, Kepala Bagian Operasi dan Pelayaran ini meminta kepada semua pihak untuk memberikan dukungan moral kepada PT. Pelni Cabang Ambon berjalan lancar di era Digitalisasi.*
(ATM-MM)