Zeng Wei Jian Anggap Connie Tak Pantas Jadi Analisis

Sunday, May 30, 2021, 00:00 WIB
Oleh Redaksi

SNIPERS.NEWS | Jakarta - Mengutip pernyataan Analisis Militer (Ceile) Connie Rahakundini Bakrie. "Kita dalam bahaya lho, kita punya anggaran yang harus habis di 2024, pengadaan alutsista jumlahnya kalau dirupiahkan Rp. 1.760 triliun," katanya di Podcast Akbar Faisal Uncensored, dan dilansir dari Portal CNBC Indonesia. 

Hal itupun ditanggapi salah satu pengguna media sosial Facebook dengan akun Zeng Wei Jian.

Dalam akun tersebut, Zeng Wei Jian menuliskan, bahwa redaksional di atas banyak salahnya. First, Connie Rahakundini Bakrie tidak pas (cocok) disebut "Analist". 

"Dia orang partai politik. Obyektifitasnya diragukan. Kedua, angkanya salah. Basis data ngga akurat. Pantes ngga ada orang kemhan yang mau ladenin. Ketiga, sesat berpikir dan berlogika. Kemudian lanjut ke angka (salah) 1.760 triliun adalah akumulasi perhitungan pembelian kebutuhan pertahanan. Fighter jets, tank-tank, drone, kapal selam, helkopter, weapon of war dan lain-lain," tulisnya. 

Zeng Wei juga menyebutkan, Simple clue, Anggaran Pertahanan 130 triliun di kali 5 tahun pun tidak mencapai 1.700 triliun. Ia malah bermetode dengan memakai logika sederhana aja.

"Kemhan berpikir beli sekaligus. Ngga nyicil 2-3 unit pesawat. Lebih murah beli 2 squadron all at once. Pola pikir biasa di arena bisnis. Price ditentukan quantity, lebih murah beli grosiran dari pada piece per piece," sebutnya. 

Indonesia bakal punya sistem alutsista dan pertahanan yang kuat. Langsung punya "Minimum Essensial Force" atau MEF. Ngga harus nunggu punya duit dulu. Bayarnya tetep kredit. Sama seperti kebiasaan lama. Bisa 10, 20, 30 tahun. Tergantung deal dengan produsen. 

Sama seperti driver online yang kredit mobil. Sambil bayar angsuran, mobil jadi alat produksi. Semua perusahaan gede ngga ada yang beli cash. Teknologi dan mesin dibeli secara kredit," ulasnya. 

Zeng Wei juga menyebut jika pernyataan Connie Rahakundini Bakrie keliru alias ngaco, saat bilang "duit 1.760 triliun harus habis di 2024".

"Yang bener, target deal pembelian harus rampung di tahun 2024. Artinya fighter jets, frigate, destroyer, drone dan lain-lain yang dibutuhkan pertahanan harus selesai sebelum 2025. Bedakan ya. Antara "abisin duit" versus target pembelian yang harus rampung," kata Zeng Wei. 

"Postur pertahanan kuat punya efek sosial, ekonomi dan regional. Non state actors, seperti terrorist network ngga berani masuk. Stabilitas sosial adalah ruang inkubasi geliat ekonomi," tambahnya. 

Setelah ngawur di anggaran fantastis, Zeng Wei juga beranggapan bajawa Analist Connie Rahakundini Bakrie keblinger, yang mengaitkan dengan PT. Teknologi Militer Indonesia (TMI). 

Ramuan mistifikasi, jelas Zeng Wei itu diproduksi. Seolah TMI adalah perusahaan siluman atas alat koruptif yang dibikin Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. 

"TMI bukan perusahaan "mc-claren". Sesuai namanya, dia beroperasi di ruang development teknologi, bukan makelar, bukan mediator. Ga punya otoritas beli apa pun. Tapi pusat transfer of technology. Idealnya, produsen fighter jets beri pengetahuan dan alih teknologi kepada Indonesia. Tapi ngga mungkin dilakukan kalo cuma beli 1-2 helikopter kok minta transfer of technology," urai Zeng Wei. 

Revolusi praxis #3 yang dibikin Prabowo adalah tidak menggunakan broker, makelar dan middle agency. 

"Dia langsung beli ke produsen. Tanpa perantara. Ga ada ongkos fee. Cost dipangkas. Ngga heran bila Pa Prabowo selamatkan 50 triliun duit negara. Dia Menteri Pertahanan terbaik yang pernah pernah dimiliki Indonesia.*

(Adi) 

TerPopuler