SNIPERS.NEWS | Pasuruan - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya menyatakan bahwa NU tidak boleh jadi alat politik parpol manapun, termasuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
"Relasi NU dengan PKB saya kira alami sekali, karena dulu PKB sendiri di inisiasi, di deklarasikan oleh pengurus-pengurus PBNU, itu satu hal. Tapi, sekali lagi tidak boleh, lalu NU ini jadi alat dari PKB atau dikooptasi dengan PKB," kata Yahya, Sabtu (8/1/2022).
Ia tidak menampik, bahwa memang PBNU memiliki hubungan erat dengan PKB. Namun, hal itu tidak serta-merta membuat PBNU menjadi alat pemenangan PKB. "Saya juga tidak mau PBNU ada yang Capres atau Cawapres di 2024 mendatang," tegasnya.
Dengan adanya pernyataan itu, Ketua Majelis IPNU (Ikatan Pemuda NU) Jawa Jawa Timur, H. Muzammil Syafi'i, SH,. MSi mendukung terkait statemen Ketua Umum PBNU terpilih, bahwa NU bukan alat politik satu partai, tetapi NU milik semua partai yang ada di Indonesia.
"Saya sangat setuju dengan pendapat Gus Yahya, bahwa NU itu milik semua partai bukan satu partai," terang Buya Muzammil di Hotel Horison.
Dia menjelaskan, bahwa bijak sekali jika NU kembali ke Khittah 1926, bahwa NU tidak kemana-mana tapi NU ada dimana-mana. NU mengutamakan politik kebangsaan, bukan condong kepada salah satu golongan.
Buya Muzammil mencontohkan Pilkada, bahwa ada beberapa kandidat bertarung dari berbagai partai, disana lebih bijak jika NU tidak mendukung salah satu kandidat tetapi memberi perlindungan kepada semuanya. Dalam artian menghormati perbedaan, memberikan pengarahan atau pembinaan agar tidak terjadi gesekan ditengah masyarakat karena beda pilihan.
Tapi sebaliknya, jika NU condong kepada satu partai itu yang bikin prihatin. Karena NU adalah ormas terbesar di dunia, sementara NU kesannya condong kepada salah satu partai.
"NU milik kita semua, milik semua partai bukan untuk satu partai," pungkas Buya Muzammil, sapaan akrab tokoh NU tulen tersebut.*
Pewarta : Taufiq