Puluhan Kilang Batu di Kecamatan Beringin Nyaris Tutup, Sulitnya Tanah Galong

Wednesday, June 15, 2022, 08:27 WIB
Oleh TAUFIQ PERS

SNIPERS.NEWS | Deli Serdang - Industri batu bata lokal produksi warga Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, terancam tutup karena bahan baku utama pembuatan bata sulit didapat. 

Pantauan di lapangan, Minggu (12/6/22)  di salah satu kilang penghasil batu bata di Kecamatan Beringin adalah di Desa Sidourip dan Desa Pasar Enam dan daerah Batu Lapan, bata asal daerah ini dikenal sebagai bata merah, dan selama ini menguasai pasaran material bangunan di Deli Serdang. 

Belakangan, industri itu terancam tutup setelah bahan baku untuk membuat bata sulit didapat, sekali pun ada harganya lumayan mahal.

Batu bata asal Desa Sidourip dan Pasar Enam atau yang dikenal bata merah itu selain harganya lebih murah juga kualitas bahan baku lebih bagus, serta diproduksi menggunakan mesin cetakan bata atau nyompreng. 
                              

"Saat ini batu bata asal Kecamatan Beringin mulai menguasai pasaran di Deli Serdang, sedangkan batu bata disini masih di produksi secara nyompreng," kata Sahril (52) salah seorang perajin batu bata di Desa Sidourip.

Shahril yang mengaku sudah 20 tahun menekuni usaha tersebut merasa prihatin dengan perkembangan usaha yang dilakoni ratusan warga sebagai pelaku usaha desa setempat. Usaha mereka ini nyaris ambruk dan tutup karena bahan baku (tanah galong) yang sulit didapat. "Saat ini kita jual 340 dan pembeli dari kalangan bawah mundur ketika tau harga, kita belom bisa kasih harga 270,  karena langkanya bahan baku," katanya.

Meski harga jual batu bata terbilang murah lokal ini tambah Shahril, karena produksinya dilakukan secara masal, dan mampu dibeli masyarakat kalangan bawah, tidak heran jika satu buah batu bata harga produksinya sudah hanya Rp. 270.

Adapun rincian produksinya seperti upah aduk bahan Rp 60 per bata, upah cetak Rp 30 per bata, biaya susun setelah dan sesudah pembakaran Rp 60 serta biaya lainnya. 

Batu bata ini baru bisa dijual setelah proses pembuatannya sampai pembakaran memakan waktu hingga 10 hari untuk 80.000 bata. 

menurut Shahril di wilayah itu terdapat ratusan lokasi pembuatan batu bata dengan melibatkan ratusan bahkan sampai ribuan tenaga kerja, jika bahan baku mudah didapat, namun banyak juga kilang yang sudah tutup, pengrajin bata ini sudah dilakoni warga setempat sejak puluhan tahun lalu.

"Disini ada ratusan kilang bata yang memproduksi bata merah, sebagian besar warga sini yang tidak mempunyai kebun atau pekerjaan lainnya bekerja di bangsal bata ini mulai dari tukang aduk bahan, tukang cetak maupun tenaga pembakar bata," imbuhnya.

Harapan pengrajin bata, ciri khas Desa Sidourip dan Pasar Enam di Kecamatan Beringin ini dapat terus berproduksi, karena ratusan bahkan ribuan pekerja menggantungkan hidupnya di kilang bata.

"Terkadang pemilik kilang, harus meminjam modal dari bank, agar usaha tetap berjalan, namun ketika sudah mendapat pinjaman bahan baku malah sulit didapat, padahal jika pemasok tanah lancar, batu bata setempat memiliki standar jual, dan ratusan warga dapat memenuhi kebutuhan hidup di kilang yang ada di Kecamatan Beringin ini," pungkasnya.*

Pewarta : Anggi

TerPopuler