DPC LSM GRIB Probolinggo Bicara, Ada Apa?

Tuesday, November 8, 2022, 22:03 WIB
Oleh TAUFIQ PERS

SNIPERS.NEWS | Probolinggo - Aksi penolakan dan intimidasi yang dilakukan oleh puluhan oknum anggota Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Tapal Kuda Nusantara (TKN), terhadap puluhan aktivis Green Peace yang singgah di salah satu home stay di Kota Probolinggo pada Senin (7/11) lalu. Mendapat sorotan dari sejumlah pegiat LSM lainnya yang juga ada di Kota Probolinggo.

Ketua DPC LSM Gerakan Indonesia Bersatu (GRIB) Kabupaten Probolinggo Muhammad Untung, mengatakan adanya aksi intimidasi yang didapat oleh puluhan aktivis Green Peace saat berada di tempat penginapan. Adalah sebuah aksi premanisme karena dilakukan dengan cara-cara yang tidak terpuji, seperti adanya lontaran ancaman, makian, dan juga pengusiran yang dilakukan oleh puluhan oknum LSM TKN kepada aktifis Green Peace.
 
"Kita ini hidup di negara Demokrasi, dan kebebasan untuk menyampaikan pendapat dimuka Umum juga telah dijamin oleh negara. Namun, dengan adanya aksi intimidasi semacam itu. Sudah seharusnya Polisi bisa menyikapi dan menindaklanjutinya," ujarnya, Selasa (8/11). 

Dijelaskannya, apapun alasan dari LSM TKN yang menolak kehadiran dari para aktifis Green Peace saat singgah di Kota Probolinggo. Tidak selayaknya intimidasi dan bahkan pengusiran itu dilakukan secara membabi buta. Karena masih ada cara-cara yang lebih halus untuk dilakukan jika memang para anggota LSM itu tidak menghendaki kehadiran para aktifis lingkungan itu. 

"Seharusnya dimusyawarahkan dulu, tidak asal main usir begitu saja. Toh mereka kan hanya aktifis penjuang lingkungan yang sedang mengkampanyekan terkait dengan adanya perubahan iklim. Lantas kenapa mereka harus diperlakukan seperti itu," jelasnya.

Adapun Ketua Umum LSM TKN Eko Karso Prasetyo, mengungkapkan jika aksi pengusiran terhadap sekitar 8 aktifis Green Peace itu. Sebagai langkah dukungan terhadap pelaksanaan konferensi tingkat tinggi forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU) atau KTT G20 yang akan di gelar di Bali pada 15-16 November 2022 mendatang. 
                           

"Kami ingin mensukseskan acara internasional itu. Salah satunya dengan mencegah adanya potensi yang bisa mengganggu kondusifitas daerah maupun acara itu sendiri. Terlebih dengan adanya pergerakan aktifis Green Peace yang sistematis, tentunya hal itu harus disikapi dengan serius," ungkapnya. 

Terkait dengan perlakuan para anggotanya yang disebut arogan dan telah melakukan intimidasi dan pengusiran terhadap para anggota Green Peace. Hal itu dikatakan oleh Eko, jika hal itu sangat berlebihan. Pasalnya yang dilakukan oleh TKN hanya menghalau mereka agar tidak singgah terlalu lama di wilayah Probolinggo,

"Silahkan saja kalau mereka mau beristirahat. Namun tentunya kami tidak ingin hal itu tentunya mengundang kecurigaan kami, karena dikhawatirkan justru didaerah kamilah mereka mengkonsolidasikan diri untuk menggelar aksi jelang KTT G20," katanya. 

Sementara itu, Ketua Green Peace Indonesia Leonard Simanjuntak menyampaikan, jika perlakuan tidak menyenangkan yang diterima oleh para aktifis Green Peace yang melakukan aksi bersepeda ke Bali, telah dialami sejak rombongan para aktifis itu berada di daerah Semarang hingga Surabaya. 

"Kami hanya ingin mengkampanyekan terkait dengan isu perubahan iklim. Salah satunya dengan menggelar aksi bersepeda oleh tim Chasing The Shadow ke pulau Bali," katanya. 

Adapun terkait dengan adanya perlakuan dan intimidasi itu. Leonard meminta kepada seluruh pihak untuk menghormati hak kebebasan bersuara ataupun menyampaiakan ekspresi dimuka umum.

"Adanya penolakan dan pengusiran ini, membuktikan jika kita tidak sepenuhnya hidup di negara demokrasi. Karena masih ada oknum yang secara represif menekan kami selalu aktifis yang memperjuangkan kepentingan lingkungan untuk masa depan anak cucu kita," pungkasnya.* 

(Tofa)

TerPopuler