Songsong NU Satu Abad, Buya Muzammil ; IPNU dan IPPNU Harus Mellek ITE di Era Milenial

Wednesday, February 1, 2023, 11:45 WIB
Oleh TAUFIQ PERS

SNIPERS.NEWSPasuruan - Nadhlatul Ulama (NU) akan memasuki usia yang ke 100 (1 abad) dihitung dari kelahirannya tanggal 16 Rojab 1344 H dan sekarang Rojab 1444 tahun Hijriyah, namun apabila dilihat dari tahun Masehi NU lahir tanggal 31 Januari 1926 dan saat ini tanggal 31 Januari 2023 berarti NU berusia 97 tahun.

Namun, sebagai organisasi keagamaan, NU lebih memilih hitungan tahun Hijriyah sehingga usia NU memasuki usia 100 tahun atau satu abad.

Banyak analisis bahwa Indonesia pada tahun 2030 sampai 2050 diprediksi akan memimpin dunia dengan beberapa indikator bahwa Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi Negara-Negara Maju (OECD), memperkirakan bahwa pada tahun 2045 ekonomi Indonesia akan mencapai U$Rp8,89 triliun dan menjadi ekonomi terbesar ke-4 di dunia.

Prediksi tersebut dilatarbelakangi, pada tahun 2030-2040, Indonesia akan mengalami bonus demografi. Jumlah penduduk Indonesia usia produktif akan mencapai 64 persen dari total penduduk sekitar 297 juta jiwa.

Menyongsong kemungkinan Indonesia kelak akan menjadi raksasa dunia, maka kiranya harus dipersiapkan sejak kini terutama sekali Sumber Daya Manusia (SDM), karena kemajuan Indoensia sangat tergantung pada mempersiapkan SDM dan disinergikan dengan SDA yang ada di Indonesia, sehingga mampu bersaing dengan penduduk dunia yang lain dan layak memimpin dunia.

Dalam hal tersebut, dikatakan H. Muzammil Syafi'i yang akrab disapa Buya Muzammil, bahwa NU sebagai bagian dari Bangsa Indonesia mempunyai tanggung jawab dan peran yang besar, karena sebagian besar penduduk Indonesia adalah warga NU.

"Jadi, memajukan Indonesia berarti juga memajukan NU.
Memasuki era satu abad NU telah dipersiapkan jauh sebelum ini dengan tema Harlah NU merawat jagat membangun peradaban, sesuai dengan prinsip awal bahwa NKRI harga mati, artinya mempertahankan eksistensi NKRI menjadi kewajiban organisatoris bagi NU dan itu pada pengurus dan anggota bersikap sami’na wa atho’na ( patuh total ) pada Jam’iyah NU," ucap Buya Muzammil, Rabu (1/2/2023).
                                
Tokoh NU tulen tersebut memaparkan, bahwa upaya menjaga keutuhan NKRI yang berdasarkan analisis sebagai akibat penerapan Pancasila secara murni dan konsekuwen serta Bhinneka Tunggal Ika yang dihargai secara utuh, namun tidak kalah pentingnya bahwa faham keagamaan yang diikuti oleh sebagian besar Bangsa Indonesia adalah faham Ahlussunnah Wal Jamaah dengan mengikuti salah satu Madzhab (Maliki, Hanafi, Syafii dan Hambali) sebagian dari mengikuti madzhab Syafii seperti yang diikuti oleh Jam’iyah NU.

"Keberhasilan organisasi terbesar di dunia dan mampu mempertahankan NKRI dengan jargon NKRI Harga Mati, menarik pemimpin dunia bagaimana negara sebesar Indonesia dengan banyak pulau, banyak etnis, banyak agama tidak terjadi perpecahan," paparnya.
                              

Ditambahkan Buya, Ketua Umum NU baik saat KH Hasyim Muzadi dengan ICIS nya, KH Said Agil Siroj, apalagi KH Yahya Cholil Staquf dengan misi dilplomasi ke beberapa negara puncaknya diselenggarakannya Forum Religion of Twenty (R20) di Bali sebuah forum untuk menyatukan visi perdamaian dunia melalui tokoh agama, NU telah mampu menularkan sikap moderasi beragama di Indonesia ke seluruh dunia upaya mengakhiri radikalisme dan kekerasan yang mengatasnamakan agama dalam rangka meraih perdamaian dunia.

Sikap dan program NU di 100 tahun ini harus ditangkap sebagai peluang untuk memajukan NU memajukan bangsa Indonesia dan meraih kepemimpinan dunia, harus diikuti dan dipersipkan oleh semuan komponen NU termasuk badan, lembaga dan Badan Otonom (Banom) NU ada muslimat, ada Ansor, ada Fatayat dan IPNU IPPNU dan lain lain.

"Kira kira, apa yang harus dipersiapkan terutama sekali bagi Banom semacam IPNU IPPNU dalam menyongsong NU satu abad ini. Tentunya sebagai organisasi berada di bawah NU yang bergerak di pendidikan mempunyai nilai dan posisi yang strategis bagi upaya meningkatkan kualitas SDM NU memang harus dimulai dari IPNU IPPNU dalam karena bonus demografi ada pada usia IPNU IPPNU 17 sampai 25 tahun," imbuh Buya Muzammil.

Maka, IPNU IPPNU harus mampu memeprsiapkan diri memegang tampuk kepemimpinan di masa depan, oleh karenanya kaderisasi menjadi isu strategis yang harus digarap secera serius agar terwujud kader NU yang militan dan profesional.

IPNU IPPNU sudah mampu mendistribusikan kadernya di semua jurusan di perguruan tinggi tidak hanya tersentralisir di Fakultas Keagamaan, tapi harus juga masuk di Fakultas Sosial dan Eksakta. Memadukan lulusan Pondok Pesantren dan perguruan tinggi menjadi suatu keharusan satu sisi kader yang kelak tampuk di suriyah mutlak harus lulusan Pondok Pesantren, karena NU ini adalah pesantren besar yang barus dimenej dinahkodai oleh lulusan pesantren sebagai Rois Syuryahnya.

Sementara, sebagai pelaksana program (Tanfidziyah) cukup dipegang oleh lulusan Perguruan Tinggi dengan syarat faham Aswajanya terukur. Era milenium ini ditandai dengan makin tergantungnya masyarakat pada teknologi digital, maka IPNU IPPNU perlu mempersiakan tenaga terampil IT yang mampu memasarkan jam’iyah NU dan da’wah NU secara digital ke seluruh segmen dan seluruh penjuru pelosok dunia.

"Sementara ini, NU masih kalah dengan kelompok lain yang sudah lama eksis da’wahnya melalui digital. Penanggkalan faham intoleran dan radikal menjadi isu yang utama dalam rangka membangun peradaban dunia, oleh karenanya perlu ada konsep dan langkah konkrit dalam memahamkan Aswaja secara gampang dan mudah diterima oleh generasi muda, yang sementara generasi ini muda banyak mengkonsumsi suguhan yang mengarah pada wahabisme dan khawarij," tandasnya.*

(Fiq)

TerPopuler