SNIPERS.NEWS | Denpasar - DPD PJI-D (Dewan Pimpinan Daerah Perkumpulan Jurnalis lndonesia Demokrasi) Provinsi Bali menggelar Seminar Wawasan Kebangsaan Tolak Faham Radikalisme dan Penyalahgunaan Narkoba di Aula Tower Maha Jaya Hotel Ubung Denpasar, Bali, Kamis (21/12/2023).
Acara seminar menghadirkan tiga pilar garda terdepan yakni Pangdam IX/ Udayana, Intelkam Polda Bali dan BNN Provinsi Bali diikuti siswa- siswi SMP, SMA/SMK di wilayah Denpasar sebanyak 120 orang siswa, diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dilanjutkan Doa bersama.
Ketua DPD PJI Demokrasi Provinsi Bali, I Gusti Ngurah Agung Asmara, S.Pi., M.Pi yang juga Ketua DPD Badan Penelitian Aset Negara Provinsi Bali menyampaikan, puji dan syukur kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa atas Asung Kertha Wara Nugrahanya sehingga kita semua bisa menghadiri acara seminar, baik kepada semua nara sumber dan siswa SMA, SMK sebagai peserta seminar, wawasan kebangsaan merupakan pemahaman mendalam mengenai identitas, sejarah, budaya dan nilai - nilai yang melekat dalam suatu bangsa. Dirinya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam gelaran seminar, sehingga bisa berjalan lancar.
Kabid Iwakterbang (Ideologi, Wawasan Kebangsaan dan Karakter Bangsa) Badan Kesbangpolinmas Provinsi Bali, I Komang Kusumaedi mengatakan, bela negara akan kelihatan berarti, apabila setiap pemuda dan mahasiswa sadar bahwa masa depan negara ada ditangannya, tentunya pemuda dan mahasiswa tidak boleh bersikap masa bodoh dan pesimis, tetapi harus optimis dan terpanggil hatinya untuk ikut peduli dan mengatasi tantangan bangsa seperti pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan.
I Komang Kusumaedi menjelaskan, saat ini tantangan dan ancaman terhadap kedaulatan bangsa, sifatnya sudah multidimensi, ancaman tidak lagi bersifat konvensional atau fisik semata akan tetapi sudah berkembang baik fisik maupun non fisik. Ancaman berkembang menjadi bersifat multidimensi karena karakter ancaman dapat bersumber dari ideologi, politik, ekonomi, maupun sosial budaya.
"Untuk menghadapi ancaman yang multidimensi tersebut, upaya bela negara dilaksanakan harus melalui berbagai aspek Ipoleksosbud dan Hankam," tegas I Komang Kusumaedi.
I Komang Kusumaedi menyatakan, semua warga negara termasuk masyarakat sipil mempunyai hak dan kewajiban melaksanakan bela negara dalam semua aspek kehidupan, upaya bela negara di tengah persaingan global tidak bisa lepas dari wawasan kebangsaan yang wajib dimiliki oleh generasi muda.
"Sebagai bangsa majemuk, kita sangat bersyukur memiliki Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Pancasila bukan saja mampu mempersatukan kita, tetapi secara dinamis mampu mendayagunakan kemajemukan kita itu sebagai sumber kekuatan bangsa," pungkas I Komang Kusumaedi.
Kolonel. Kav. Jonny Harianto Gulo, S.I.P., M.H.I yang mewakili Pangdam IX/ Udayana menyampaikan terkait wawasan kebangsaan lebih dalam menekankan kepada generasi penerus bangsa untuk mencintai tanah air dan cinta kepada bangsa, dan mampu membawa dirinya untuk menjaga NKRI, serta jangan mudah terprovokasi dan bentengi diri dengan keimanan agama serta gunakan waktu untuk hal - hal yang bersifat positif.
Ni Luh Putu Ananti Pratiwi, SKM dari BNN Provinsi Bali menyampaikan kepada generasi muda dan mengenalkan jenis - jenis narkoba, serta pengaruh akibat dari penyalahgunaan narkoba dan kiat untuk menghindarinya.
"Jangan mudah terpengaruh, tolak dengan tegas supaya oknum yang tidak bertanggungjawab tidak ada celah mengajak,” tegas Ni Luh Putu Ananti Pratiwi, SKM.
Ni Luh Putu Ananti Pratiwi, SKM menjelaskan, bahaya narkoba yang bisa merusak generasi masa depan anak bangsa, narkoba juga membuat orang di Indonesia mati sia - sia setiap harinya. Negara sudah dijajah oleh narkoba, dan BNN Provinsi Bali mengajak seluruh masyarakat berpartisipasi menghindari narkoba, dengan cara tidak mencoba - coba narkoba, dan jika ada pelanggaran segera melaporkan ke pihak berwajib.
lptu. Ida Bagus Asmara Jaya, SH dari Intelkam Polda Bali menyampaikan, radikalisme dan terorisme yang pada dasarnya mempunyai tujuan ingin menghancurkan dan memecah belah bangsa Indonesia dengan berbagai isu baik agama, sara, politik dan memanfaatkan rakyat yang gampang diajak dengan dijanjikan menggiurkan selanjutnya di doktrin otaknya, tentunya hal tersebut harus dicegah, bila ada pendatang baru yang gerak geriknya mencurigakan supaya segera dissmpaikan ke pihak berwajib, di desa ada Bhabinkamtibmas.
lptu. Ida Bagus Asmara Jaya, SH menjelaskan, ciri pengikut paham radikal yakni hati dan fikiranya sempit, tidak mau membuka diri pada orang lain, pandangan, sikap, mempunyai pikiran dan sikap yang keras, mereka mempunyai pandangan memperbolehkan melakukan kekerasan untuk mencapai tujuan mereka.
lptu. Ida Bagus Asmara Jaya, SH menegaskan, siapapun yang terlibat menyebarkan paham radikal dan beraksi dalam tindakan radikal atau terorisme, maka akan ditindak sesuai dengan aturan yang berlaku.
Moderator Seminar Wawasan Kebangsaan Tolak Radikalisme dan Penyalahgunaan Narkoba yang juga Wartawan LintasCakrawalaNews Biro Bali, Ngakan Putu Gede Udiana yang biasa disapa Aji Wisnu Segara Putra mengatakan, radikalisme merupakan suatu kegiatan yang mengatasnamakan agama dan dapat menghancurkan kerukunan bangsa. Dalam kehidupan berbangsa kita menerima Pancasila, menerima NKRI, menerima Undang - Undang Dasar 1945, menerima produk - produk hukum yang berlaku di negara yang kita cintai ini.
Aji Wisnu Segara Putra menjelaskan, upaya dalam mencegah paham radikal secara mandiri dilakukan dengan menanamkan jiwa nasionalisme, berpikiran terbuka dan toleran, waspada terhadap provokasi dan hasutan.
Aji Wisnu Segara Putra menyatakan, pandangan bahwa wawasan kebangsaan telah dimulai ketika bangsa Indonesia sadar untuk berjuang membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, dengan lahirnya pergerakan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
"Berkembangnya teknologi informasi dimana generasi millenial lebih banyak menggunakan media sosial, dan kurangnya literasi menjadi lahan subur pengaruh faham - faham radikal, oleh karena itu perlu adanya pembumian Pancasila pada generasi millenial melalui media sosial pula sebagai upaya membentengi dan mensosialisasikan nilai - nilai Pancasila sebagai upaya pembentukan karakter dan budi pekerti luhur," tegas Aji Wisnu Segara Putra.
Lanjut Aji Wisnu Segara Putra mengatakan, peredaran dan penyalahgunaan narkoba merupakan salah satu permasalahan nasional yang dipandang serius oleh pemerintah, karena dapat menyebabkan rusaknya generasi muda, oleh karena itu pemerintah sangat memberikan perhatian terhadap penanganan atas penyalahgunaan narkoba. Di negara kita, masalah merebaknya penyalahgunaan narkoba semakin lama semakin meningkat. Untuk itu, pemerintah selain menerapkan pemberantasan penyalahgunaan narkoba, juga menerapkan rehabilitasi pecandu yang merupakan korban penyalahgunaan narkoba.
Aji Wisnu Segara Putra mengatakan, penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum. Ketika seseorang melakukan penyalagunaan narkotika secara terus - menerus, maka orang tersebut akan berada pada keadaan ketergantungan pada narkotika, baik secara fisik maupun psikis.
"Pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba yang paling efektif dan mendasar adalah metode promotif dan preventif. Upaya yang paling praktis dan nyata adalah represif dan upaya yang manusiawi adalah kuratif serta rehabilitatif," kata Aji Wisnu Segara Putra.*
(Nisa)