SNIPERS.NEWS | Kediri - pengrajin Cemeti (Pecut) sangat jarang bisa kita temui di jaman sekarang ini, mungkin hanya segelintir orang. Salah satu pengrajin Cemeti (Pecut) yang masih eksis hingga saat ini salah satunya adalah Mbah Sibien. Pria paruh baya warga Dusun Krajan Desa Teles Kecamatan Ngadiluwih, Jawa Timur yang hingga saat ini masih melestarikan untuk membuat Cemeti.
Untuk diketahui, Cemeti mempunyai nama masing-masing disetiap daerah. Seperti Cemeti Buto di Banyuwangi, Cemeti Kidalan Bantengan Nuswantoro di Malang, Cemeti Bopo di Kediri, Cemeti Gambuh di Jawa. Sedangkan di Banyumas adalah Cemeti Wiloyudo dan Cemeti Klonosewandono di Ponorogo.
"Awal mula pembuatan Cemeti karena hobi pada tahun 2016 silam, tetapi setelah ditelaah kembali, ternyata memang saya mempunyai garis keturunan dari leluhur yang memang menggemari tradisi Jaranan dan Cemeti," tutur Mbah Sibien didampingi oleh Romo Eyang Penasehat pasopati Cakra Nusantara kepada awak Media Snipers.News, saat di temui, Selasa (26/11/24)
Sebelumnya, ia tidak ada niat untuk menjual Cemeti hasil karyanya dan belum mengerti akan pakem dari Cemeti itu sendiri. Terlihat pembuatannya juga masih sederhana.
"Pertamanya saya menyisihkan hasil kerja untuk membeli bahan-bahan pembuatannya, setelah jadi Cemeti, kemudian saya tawarkan kepada Bapak-bapak yang paham pakem untuk mencoba Cemeti hasil karya saya sebagai motivasi dan masukan - masukannya. Selain itu, untuk menambah koneksi dan sebagai motivasi membuat Cemeti yang lebih baik," ungkapnya.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya hasil karya Mbah Sibien dipublikasikan di Media Sosial (Medsos) dengan memposting puluhan Cemeti hasil karyanya.
"Awalnya saya di bullying dari komentar-komentar di Medsos, tapi saya pantang menyerah dengan tetap memposting, karena ini budaya yang harus dilestarikan. Dan sampai akhirnya, ramai pembeli datang kesini, termasuk dari luar kota Kediri," kata Mbah Sibien.
Lebih lanjut Mbah Sibien menuturkan, bahwa hingga akhirnya dia mengikuti komunitas Cemeti Samandiman dari Kediri Jawa Timur yang di ketuai bapak Hanif, yang setiap tahun pasti ada kejuaran tingkat Nasional.
"Saya menginginkan kepedulian kita semua untuk menjunjung tinggi tradisi dan kebudayaan leluhur kita agar tetap lestari dan jangan sampai tradisi dan budaya kita di klaim oleh orang asing," pungkasnya.*
(Aisyah)