Ratu Nisa dan Janji di Lereng Mahameru

Thursday, April 17, 2025, 22:55 WIB
Oleh Arifin Soeparni

Oleh: Ratu Nisa

Di balik kabut tebal dan sejuknya udara Gunung Mahameru, sebuah kisah spiritual dan penuh makna terungkap. Ratu Nisa, seorang perempuan yang menyimpan keteguhan hati dan ketenangan jiwa, akhirnya menepati takdir yang telah menunggunya selama satu dekade, sebuah janji yang lahir bersama anaknya, Bintang.

Sepuluh tahun silam, saat Ratu Nisa tengah mengandung anak kedua, seorang lelaki tua misterius bernama Mbah Ngari muncul di hadapannya. Sosok itu seolah datang dari kabut pagi, dengan suara tenang dan tatapan teduh yang menyimpan makna dalam. Kepadanya, lelaki tua itu berkata:

“Jika anakmu lahir selamat, sepuluh tahun dari sekarang, aku akan memberimu hadiah.”

Kala itu, ucapannya terdengar seperti petuah biasa. Namun jauh di relung hati, Ratu Nisa tahu bahwa itu bukan sekadar kalimat. Ada sesuatu yang menunggu.


Tepat pada 5 April 2025, di hari ulang tahun ke-10 Bintang, Ratu Nisa merasa seolah ditarik oleh kekuatan tak kasat mata untuk kembali ke tempat pertemuan mereka dulu di keramat makam Mbah Soeca dan Mbah Setuhu, lereng Gunung Mahameru. Di sanalah, tanpa banyak perubahan pada wajah atau usia, Mbah Ngari telah menunggunya.

“Kau datang menagih hadiahmu, Ratu Nisa,” katanya lirih.

Dari kain putih lusuh yang dibawanya, Mbah Ngari mengeluarkan sebilah keris bercahaya lembut. Pamornya berkilau samar, menyerupai aliran air pegunungan. Sebilah pusaka sakti bernama Keris Banyu Mili.

Menurut Mbah Ngari, keris itu bukanlah pusaka biasa. Ia bukan warisan darah, tetapi warisan jiwa. Keris itu ditemukan di tempat sakral, di bawah akar tua dekat makam para leluhur. Sejak Ratu Nisa mengandung Bintang, keris itu telah “memilih” dirinya sebagai penjaga baru.


“Aku hanya perantara janji,” ucap Mbah Ngari.

Saat menyentuh keris itu, Ratu Nisa merasakan kedamaian yang tak terucap. Energinya mengalir perlahan, hangat dan menenangkan, seolah menyatu dengan aliran jiwa yang telah lama menantinya.

Kini, Ratu Nisa bukan sekadar seorang ibu atau penerima pusaka. Ia adalah penjaga janji, pelanjut warisan jiwa, dan pembawa pesan bahwa hidup bukan tentang memiliki, tapi mengalir. Seperti air. Seperti banyu mili.

Ratu Nisa pun berjanji di hadapan makam Mbah Soeca dan Mbah Setuhu untuk menjaga pusaka dan pesan yang menyertainya. Ia tak mencari pujian, tak menginginkan tahta. Baginya, keris itu adalah simbol ikrar, bahwa setiap janji, sekecil apapun, memiliki waktunya untuk ditunaikan. Dan di lereng Mahameru, janji itu telah ditepati.*

Catatan : Isi artikel ini diluar tanggung jawab Redaksi.

TerPopuler